One year after publishing her first

One year after publishing her first book of poems, De Aantekening (The Note; 1978), Gerry van der Linden left the Netherlands for the USA. For the next four years, she lived and worked in New York and San Francisco. During that period, she read with Alan Ginsberg, met Laurence Ferlinghetti and continued to write and develop as a poet. A few years after returning to the Netherlands, she published her second collection, Val op de rand (Fall on the Edge; 1990). Certain characteristics of her later work emerged here: a playful yet passionate approach to language, a keen eye for the absurdness in our daily lives, a thematic preference for travelling, love and family.



“I write poems that arise from looking around me,” she explained in a recent interview, “What’s happening around me and beyond gives me an idea, a thought, a question, a feeling of discomfort and anxiety. I have todo something with that, just as I have to breathe to live. It’s a need to capture and show the essence of anything in its own universe. A universe which I continually adjust and extend with a kind of language that’s often at odds with the concrete experience.” This approach to writing, to language and to life is consistently displayed in her poetry, from Aan mijn veren hand (At my Hand of Feathers; 1993) and Zandloper (Sandglass; 1997) to Uitweg (Way Out; 2001) and Goed volk (Good People; 2004). With each new collection, Van der Linden needs to renew, or even reinvent her tools and material, her language and vocabulary, in order to maintain some grip on reality. The first nine poems from the cycle ‘Rumoer’ (Bustle), taken from her collection, Glazen Jas (Coat of Glass; 2007), offer a fine example of the struggle with reality in which Van der Linden is engaged. She depends solely on her words – along with her sense of humour, that is – to describe, but also to tame the world around her.







In 2012 the collection ‘Wat een geluk’ (What happiness) was published, poems full of fresh views on the absurdity of every day’s life. Her most recent collection is Stadswild (City’s prey) 2014, that startled the critics by its; ‘poetry as it is drawn in the air, showing us the outside world penetrating our inside, if we like it or not’.

Van der Linden teaches Poetry and Creative Writing at the Amsterdam School of Writing (Schrijversvakschool) and is a personal coach for (aspiring) writers. From 2005 until 2008 she was a member of the board of the Dutch PEN Center and took care of the WIPC (Writers in Prison Committee). Alongside her ten collections of poetry to date, she has published three books of fiction. She also works as a visual artist, makes collages and creates installations of leftover materials.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Satu tahun setelah penerbitan buku pertamanya puisi, notasi (The catatan; 1978), Gerry van der Linden meninggalkan Belanda untuk Amerika Serikat. Selama empat tahun berikutnya, dia tinggal dan bekerja di New York dan San Francisco. Selama masa itu, dia membaca dengan Alan Ginsberg, dengan Laurence Ferlinghetti dan terus menulis dan mengembangkan sebagai penyair. Beberapa tahun setelah kembali ke Belanda, ia menerbitkan koleksi kedua, jatuh di tepi (jatuh di tepi; 1990). Karakteristik tertentu dari pekerjaannya yang kemudian muncul di sini: pendekatan jenaka namun bergairah bahasa, mata yang tajam untuk kebebalan dalam kehidupan sehari-hari, preferensi tematik untuk bepergian, cinta dan keluarga. “I write poems that arise from looking around me,” she explained in a recent interview, “What’s happening around me and beyond gives me an idea, a thought, a question, a feeling of discomfort and anxiety. I have todo something with that, just as I have to breathe to live. It’s a need to capture and show the essence of anything in its own universe. A universe which I continually adjust and extend with a kind of language that’s often at odds with the concrete experience.” This approach to writing, to language and to life is consistently displayed in her poetry, from Aan mijn veren hand (At my Hand of Feathers; 1993) and Zandloper (Sandglass; 1997) to Uitweg (Way Out; 2001) and Goed volk (Good People; 2004). With each new collection, Van der Linden needs to renew, or even reinvent her tools and material, her language and vocabulary, in order to maintain some grip on reality. The first nine poems from the cycle ‘Rumoer’ (Bustle), taken from her collection, Glazen Jas (Coat of Glass; 2007), offer a fine example of the struggle with reality in which Van der Linden is engaged. She depends solely on her words – along with her sense of humour, that is – to describe, but also to tame the world around her. In 2012 the collection ‘Wat een geluk’ (What happiness) was published, poems full of fresh views on the absurdity of every day’s life. Her most recent collection is Stadswild (City’s prey) 2014, that startled the critics by its; ‘poetry as it is drawn in the air, showing us the outside world penetrating our inside, if we like it or not’.Van der Linden teaches Poetry and Creative Writing at the Amsterdam School of Writing (Schrijversvakschool) and is a personal coach for (aspiring) writers. From 2005 until 2008 she was a member of the board of the Dutch PEN Center and took care of the WIPC (Writers in Prison Committee). Alongside her ten collections of poetry to date, she has published three books of fiction. She also works as a visual artist, makes collages and creates installations of leftover materials.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Satu tahun setelah penerbitan buku pertamanya puisi, The Note (The Catatan, 1978), Gerry van der Linden meninggalkan Belanda untuk Amerika Serikat. Selama empat tahun berikutnya, ia tinggal dan bekerja di New York dan San Francisco. Selama periode itu, dia membaca dengan Alan Ginsberg, dengan Laurence Ferlinghetti dan terus menulis dan berkembang sebagai seorang penyair. Beberapa tahun setelah kembali ke Belanda, ia menerbitkan koleksi kedua, Jatuh di tepi (Kejatuhan on the Edge, 1990). karakteristik pekerjaan tertentu kemudian dia muncul di sini :. Pendekatan menyenangkan belum bergairah untuk bahasa, mata yang tajam untuk ness masuk akal dalam kehidupan kita sehari-hari, preferensi tematik untuk bepergian, cinta dan keluarga "Aku menulis puisi itu muncul dari melihat di sekitar saya," ia Dijelaskan dalam sebuah wawancara baru-baru ini, "Apa yang terjadi di sekitar saya dan di luar memberi saya ide, pikiran, pertanyaan, perasaan ketidaknyamanan dan kecemasan. Saya memiliki todo sesuatu dengan itu, sama seperti aku harus bernapas untuk hidup. Ini adalah kebutuhan-untuk menangkap dan menunjukkan esensi dari apa pun di alam semesta sendiri. Sebuah alam semesta-yang saya Terus disesuaikan dan diperpanjang dengan jenis bahasa yang atau bertentangan dengan pengalaman aktual. "Pendekatan ini untuk menulis, bahasa dan hidup secara konsisten ditampilkan dalam puisi nya, dari pada tangan bulu saya (Di tangan saya atau bulu, 1993) dan Hourglass (Sandglass, 1997) ke Way (Way Out, 2001) dan orang-orang yang baik (orang yang baik, 2004). Dengan setiap koleksi baru, Van der Linden perlu memperbaharui, atau bahkan menemukan kembali alat dan bahan, bahasa dan kosakata untuk mempertahankan beberapa pegangan pada realitas. Sembilan pertama puisi dari siklus "Kebisingan" (kesibukan), yang diambil dari koleksinya, Kaca Coat (Coat of Glass, 2007), menawarkan contoh yang baik dari perjuangan dengan kenyataan di-mana Van der Linden bergerak. Dia tergantung Semata-mata pada kata-katanya - bersama dengan rasa humor, yang -. Untuk menggambarkan, tapi berguna untuk menjinakkan dunia di sekelilingnya pada 2012 koleksi "Lucky" (Apa kebahagiaan) diterbitkan, puisi penuh views segar pada absurditas kehidupan setiap hari. koleksi terbaru nya adalah Wild City (mangsa City) pada 2014, bahwa dikejutkan oleh kritik; 'Puisi seperti yang digambar di udara, menunjukkan kepada kita dunia luar menembus di dalam kita, jika kita suka atau tidak. " Van der Linden mengajarkan Puisi dan Menulis Kreatif di Amsterdam School of Writing (Schrijversvakschool) dan pelatih pribadi untuk (calon) penulis. Dari tahun 2005 sampai 2008 ia adalah anggota dewan Belanda PEN Pusat dan perawatan pemanasan WIPC (Penulis di Komite Penjara). Di samping sebagai koleksi puisi sampai saat ini, ia telah menerbitkan tiga buku fiksi. Ook Dia bekerja sebagai seniman visual, membuat kolase dan instalasi Menciptakan atau bahan sisa.