De geschiedenis van Arung Labuaja l

De geschiedenis van Arung Labuaja luidt : “De volgende morgen keerde ik weer terug naar Kahu, naar het land waar ik was opgegroeid.
Nadat de zon was ondergegaan, nedergedaald in het westen was de zon, kwam ik aan in het paleis van mijn jeugd.
En daar was mijn geliefde moeder die mij vroeg over de gebruiken toen ik in Bone was, toen ik verbleef binnen de vorstelijke muren, in het paleis van de Ponggawa van Bone.
Ik vertelde haar alles wat ik gezien had in het paleis van de Ponggawa van Bone.
piIk berichte al mijn verwanten, en mijn geliefde volgelingen wat ik daar had gezien aan verneven gebruiken in het paleis van de Tomarilaleng van Bone.
Ik vertelde hen ook van mijn vorstelijke leeftijdsgenoten, die ik daar had gezien in het paleis van de Ponggawa van Bone kennis nemend van heldhaftige gebruiken.
En zij waren verheugd, mijn verwanten, mijn geliefde moeder, en mijn geliefde volgelingen. ‘Het meest enthousiast, vrouwe, was ik over de gebruiken van de Ponggawa van Bone en de wapens en geweren van Bone, land der goden.’
De geschiedenis van Arung Labuaja luidt : “Drie maanden verbleef ik daar in Kahu. Ik ging ook naar Ceppaga. Ook trok ik door Bontoriu, waarbij ik weinig respect toonde voor mijn medeprinsen in Awang Tangka, omdat ik kon vertrouwen op mijn verwanten in Bone”.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Sejarah Arung Labuaja berbunyi: "keesokan paginya saya kembali kembali ke Kahu, ke negara mana saya dibesarkan.Setelah matahari sudah turun, menetap di Barat adalah matahari, saya tiba di Istana mudaku.Dan ada Ibu tercinta yang meminta saya tentang penggunaan dalam tulang ketika aku, saat aku berdiam dalam dinding-dinding Royal, di Istana Ponggawa tulang. Saya diberitahu semua nya kulihat di Istana Ponggawa tulang. piIk melaporkan semua kerabat saya, dan pengikut kekasih saya apa yang saya telah melihat ada menggunakan di Istana Tomarilaleng verneven tulang. Saya juga menyuruh mereka rekan-rekan saya Regal, yang pernah kulihat di Istana mencatat penggunaan heroik Ponggawa tulang.Dan mereka senang, kerabat saya, ibu tercinta dan pengikut saya tercinta. ' Yang paling bersemangat, wanita, saya tentang penggunaan tulang dan senjata dan senapan Ponggawa tulang, Pulau Dewata. 'Sejarah Arung Labuaja berbunyi: "tiga bulan saya tinggal di sana di Kahu. Saya juga pergi ke Ceppaga. Juga saya ditarik oleh Bontoriu, di mana saya memiliki sedikit menghormati sesama Pangeran di Awang Tangka, karena aku bisa mengandalkan kerabat saya di tulang ".

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Sejarah Arung Labuaja berbunyi: "Keesokan harinya saya kembali lagi ke Kahu, ke negara di mana saya dibesarkan.
Setelah matahari terbenam, turun di barat adalah matahari, aku tiba di istana masa kecil saya.
Dan ada ibu tercinta saya yang bertanya tentang penggunaan ketika aku berada di Bone, ketika saya tinggal di dinding regal dari istana Ponggawa Bone.
Aku bilang semua yang saya lihat di istana Ponggawa Bone.
pesan piik pertama semua kerabat saya, dan pengikut kekasihku apa yang saya lihat menggunakan verneven ada di istana Tomarilaleng Bone.
Saya juga mengatakan kepada mereka dari rekan-rekan pangeran saya, karena saya telah melihat di istana Ponggawa tulang mencatat penggunaan heroik.
Dan mereka senang, kerabat saya, ibu saya tercinta, dan pengikut saya tercinta. "Yang paling antusias, wanita, saya lebih penggunaan Ponggawa tulang dan senjata tulang dan senapan, tanah para dewa."
Sejarah Arung Labuaja berbunyi: "Tiga bulan saya tinggal di sana di Kahu. Saya juga pergi ke Ceppaga. Saya juga pergi melalui Bontoriu, di mana saya menunjukkan sedikit rasa hormat untuk sesama pangeran saya Awang Tangka karena saya bisa percaya kerabat saya di Bone. "