Het rijk Bone, waarmee de VOC het v

Het rijk Bone, waarmee de VOC het verdrag van Bongaja gesloten had, werd in de 19e eeuw een zogeheten 'zelfbesturend landschap'. Ook de vorsten van Tanette, noordelijker dan Makassar en Bone op de 'zuidwesterarm' van Celebes, werden 'zelfbestuurders' met de titel Datu. In de 17e eeuw was Tanette meestal in hetzelfde kamp te vinden als Arung Palakka, de vorst van Bone die de Nederlanders tegen Makassar gesteund had. In de 19e eeuw kwam Tanette twee maal in opstand tegen de Nederlanders. Het werd diverse malen door vorstinnen bestuurd. (P. Boomgaard, 2001)

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Kerajaan tulang, yang VOC telah menyimpulkan Perjanjian Bungaya, pada abad ke-19 lanskap pemerintahan sendiri '. Juga Pangeran Gorata, selanjutnya Utara dari Makasar dan Bone pada 'zuidwesterarm' Sulawesi adalah "self driver dengan judul Datu. Pada abad ke-17 adalah biasanya di kamp yang sama sebagai Gorata Arung Palakka, Pangeran tulang yang mendukung Belanda ke Makassar. Di abad ke-19 Gorata dua kali dalam pemberontakan melawan Belanda. Itu beberapa kali oleh Queens. (P. Orchard, 2001)

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Kekaisaran tulang, dimana Perusahaan telah ditutup Bongaja dari perjanjian pada abad ke-19 disebut "lanskap pemerintahan sendiri. Dan para pangeran dari Tanette, utara dari Makassar dan Bone di Sulawesi yang 'zuidwesterarm' adalah "self-manajer" dengan judul Datu. Pada abad ke-17 itu Tanette biasanya ditemukan di kamp yang sama seperti Arung Palakka, penguasa Bone yang mendukung Belanda melawan Makassar. Pada abad ke-19 Tanette datang dua kali memberontak melawan Belanda. Itu beberapa kali diperintah oleh ratu. (P. Boomgaard, 2001)