BRIEF HISTORYTernate, the most prom

BRIEF HISTORY

Ternate, the most prominent of the four Moluccan sultanates, dates its foundation to 1257 AD. The ruling house traces its origins to the arrival of the Muslim sage, Sayyid Ja'afar Sadik, but the exact line of descent is subject to contradictory genealogies. The genealogies are only certain from the late sixteenth century Sultan, Zainal Abidin.

The island shares a unique history with the neighbouring states of Jailolo, Tidore and Bacan. All four share the same legendary past in which they form a cosmic whole, almost a separate universe or realm. In this universe, each state has its appointed place. Ternate forms the most important unit and its ruler is termed the Kolano ma-Luku (ruler of the Moluccas). Modern history, however, suggests that Ternate's position owes its place military triumphs, successfully concluded when it vanquished Tidore and Jailolo in 1380.

Located in the midst of the "Spice Islands", Ternate attracted the early attention of European explorers and merchants during the sixteenth century. The Portuguese were the first on the scene and began in local politics and religious affairs almost immediately. They constructed a strong fortress in 1522 and controlled affairs with utter ruthlessness. They deposed or killed rulers, poisoned heirs, and removed whole families removed to Malacca. St Francis Xavier visited the island, looking for converts in 1546. The murder of Sultan Khair ul-Jamal [Hairun], shortly after the conclusion of a treaty of peace, finally stirred the Moluccans into open revolt in 1574. The new Sultan's forces stormed the fortress of Sao Joao Bautista, took it on St Stephen's Day 1575, and expelled the Portuguese.

This substantial victory was not easily forgotten by the Portuguese, or their Spanish successors. The latter sent a strong naval force, which retook the fort in 1606 and removed Sultan Said to Manila. They then set about converting the Sultan and his family to Catholicism.

The arrival of Dutch in 1599 proved fortuitous to Kaicili Muzaffar, the youngest son of Sultan Said. He forged an alliance with the VOC, which enabled him to secure the throne in 1607. The grateful Sultan granted the VOC a lucrative contract with an exclusive spice concession in 1609. However, the embrace of the VOC proved too constricting, especially after they intervened in a succession dispute in 1650. Although a serious conflict erupted in 1683, the Dutch were now firmly established at Amboina, and defeat was inevitable. Thereafter, Ternate effectively became a Dutch protectorate.

Although relations with the Dutch remained peaceful, continuing rivalry with the Tidore resulted in sporadic outbreaks of conflict into the nineteenth century. The British took over control of the Dutch East Indies during the Napoleonic Wars. Having recognised "Nuku", the stormy petrel of Moluccan affairs as Sultan of Tidore, they were able to mediate an effective peace treaty between the two island rivals. However, this peace between the two has never been more than an uneasy one and rivalries continue into the present day.

Although there was an attempt to end the sultanate in 1876 and again in 1916, the Dutch colonial powers changed their minds and relented in the face of popular feeling. They restored the sultanate in 1927 and made no further attempts to destroy the institution.

The years of Japanese occupation and the post-war period of the independence struggle were not easy ones for the island. It formed an important element of Dutch attempts to create an Indonesian Federation in rivalry to the Javanese republican regime. The Sultan served in several important posts, so was "encouraged to spend his time" in an administrative post in Jakarta, after unification in 1950. Nevertheless, the republicans did not deprive him of his titles and honours, and his son and successor duly recognised after his death.

The position of the sultan remains one of significant influence, both politically and in the religious and cu

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

SEJARAH SINGKATTernate, yang paling menonjol Kesultanan empat, Maluku tanggal berdirinya 1257 iklan. Berkuasa menelusuri asal-usulnya untuk kedatangan Sage Muslim, Sayyid Ja'afar S, tapi tepat garis keturunan diatur silsilah bertentangan. Silsilah-silsilah hanyalah tertentu dari akhir abad keenam belas, Sultan Zainal Abidin. Pulau saham sejarah unik dengan negara tetangga Jailolo, Tidore dan Bacan. Semua empat berbagi yang cocok legendaris yang sama di mana mereka membentuk keseluruhan kosmis, hampir alam semesta yang terpisah atau alam. Di alam semesta ini, setiap negara memiliki tempat yang ditunjuk. Ternate membentuk unit yang paling penting dan para penguasa disebut Kolano ma-menggunakan Luku (penguasa Maluku). Sejarah modern, bagaimanapun, menunjukkan bahwa Ternate di posisi berutang tempatnya kemenangan militer, berhasil menyimpulkan ketika itu berhasil mengalahkannya Tidore dan Jailolo pada tahun 1380.Located in the midst of the "Spice Islands", Ternate attracted the early attention of European explorers and merchants during the sixteenth century. The Portuguese were the first on the scene and began in local politics and religious affairs almost immediately. They constructed a strong fortress in 1522 and controlled affairs with utter ruthlessness. They deposed or killed rulers, poisoned heirs, and removed whole families removed to Malacca. St Francis Xavier visited the island, looking for converts in 1546. The murder of Sultan Khair ul-Jamal [Hairun], shortly after the conclusion of a treaty of peace, finally stirred the Moluccans into open revolt in 1574. The new Sultan's forces stormed the fortress of Sao Joao Bautista, took it on St Stephen's Day 1575, and expelled the Portuguese.This substantial victory was not easily forgotten by the Portuguese, or their Spanish successors. The latter sent a strong naval force, which retook the fort in 1606 and removed Sultan Said to Manila. They then set about converting the Sultan and his family to Catholicism.Kedatangan atau Belanda di 1599 membuktikan kebetulan untuk Kaicili Muzaffar, putra bungsu Sultan Said. Ia membentuk aliansi dengan perusahaan INDIA Timur Belanda, yang memungkinkan dia untuk mengamankan takhta pada tahun 1607. Sultan berterima kasih diberikan perusahaan INDIA Timur Belanda kontrak menguntungkan dengan rempah-rempah eksklusif konsesi pada 1609. Namun, merangkul VOC membuktikan terlalu pengikat, terutama setelah mereka campur tangan dalam sengketa suksesi pada 1650. Meskipun konflik serius meletus pada tahun 1683, Belanda itu kini kukuh di Amboyna dan kekalahan itu tak terelakkan. Setelah itu, Ternate secara efektif menjadi protektorat Belanda. Meskipun hubungan dengan Belanda tetap damai, melanjutkan persaingan dengan Tidore mengakibatkan sporadis wabah konflik ke abad kesembilan belas. Inggris mengambil alih Hindia Belanda selama Perang Napoleon. Memiliki diakui "Nuku", stormy petrel atau urusan Maluku sebagai Sultan Tidore, mereka mampu untuk menengahi perjanjian perdamaian yang efektif antara dua pulau saingan. Namun, ini perdamaian antara dua pernah ada lebih dari satu gelisah dan persaingan terus ke hari ini.Meskipun ada upaya untuk mengakhiri Kesultanan pada tahun 1876 dan lagi pada tahun 1916, kekuasaan kolonial Belanda mengubah pikiran mereka dan mengalah dalam menghadapi perasaan yang populer. Mereka dipulihkan Kesultanan pada tahun 1927 dan membuat upaya untuk menghancurkan lembaga lagi.The years of Japanese occupation and the post-war period of the independence struggle were not easy ones for the island. It formed an important element of Dutch attempts to create an Indonesian Federation in rivalry to the Javanese republican regime. The Sultan served in several important posts, so was "encouraged to spend his time" in an administrative post in Jakarta, after unification in 1950. Nevertheless, the republicans did not deprive him of his titles and honours, and his son and successor duly recognised after his death.The position of the sultan remains one of significant influence, both politically and in the religious and cu

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

SEJARAH SINGKAT Ternate, yang paling menonjol dari empat kesultanan Maluku, berdirinya tanggal untuk 1257 AD. Rumah yang berkuasa menelusuri asal untuk kedatangan bijak Muslim, Sayyid Ja'afar Sadik, tapi garis yang tepat dari keturunan tunduk pada silsilah bertentangan. Silsilah hanya certainement dari akhir abad keenam belas Sultan Zainal Abidin. Saham Pulau sejarah yang unik dengan negara-negara tetangga Jailolo, Tidore dan Bacan. Keempat berbagi cocok legendaris yang sama di whichthey ​​membentuk seluruh kosmis, hampir semesta atau alam terpisah. Di alam semesta ini, setiap negara Memiliki tempat yang ditunjuk nya. Ternate merupakan unit yang paling penting dan penguasa yang disebut dengan Kolano Senin-luku (penguasa Maluku). Sejarah modern, Namun, menyarankan Itu posisi Ternate Owes tempat kemenangan militer, berhasil Disimpulkan Saat Ini Vanquished Tidore dan Jailolo di 1380. Terletak di Tengah dari "Kepulauan Rempah-Rempah", Ternate Tertarik perhatian awal Eropa penjelajah dan pedagang Ulasan selama enam belas abad. Portugis adalah yang pertama di tempat kejadian dan Mulai dalam politik lokal dan agama segera. Mereka membangun sebuah benteng yang kuat pada tahun 1522 dan dikendalikan urusan dengan kekejaman mengucapkan. Mereka disingkirkan atau dibunuh penguasa, meracuni tuan rumah, dan dihapus seluruh keluarga dipindahkan ke Malaka. St Francis Xavier mengunjungi pulau, mencari mualaf pada tahun 1546. Pembunuhan Sultan Khair ul-Jamal [Hairun] Tak lama setelah kesimpulan dari perjanjian perdamaian, akhirnya mengaduk Maluku ke pemberontakan terbuka di 1574. pasukan Sultan baru menyerbu benteng Sao Joao Bautista menyalip itu pada Hari St Stephen 1575, dan Portugis Diusir. Kemenangan substantialism ini tidak mudah dilupakan oleh Portugis, atau Spanyol tabiin mereka. Latter mengirim pasukan angkatan laut yang kuat, Berapa banyak pengikut merebut kembali benteng di 1606 dan dihapus Sultan Dikatakan Manila. Mereka kemudian mulai mengubah Sultan dan keluarganya ke Katolik. Kedatangan Belanda di 1599 Terbukti kebetulan untuk Kaicili Muzaffar, putra bungsu Sultan Said. Dia menjalin aliansi dengan VOC-yang memungkinkan dia untuk mengamankan tahta pada 1607. Sultan berterima kasih Memang VOC kontrak menguntungkan dengan konsesi bumbu eksklusif di 1609. Namun yang, pelukan VOC Terbukti terlalu konstriksi, Apalagi setelah mereka turun tangan dalam sengketa suksesi di 1650. Meskipun konflik serius meletus pada 1683, Belanda kini mapan di Ambon, dan kekalahan tak terelakkan. Ada Setelah, Ternate efektif Menjadi protektorat Belanda. Meskipun hubungan dengan Belanda Tetap damai, terus persaingan dengan Tidore mengakibatkan wabah sporadis konflik dalam abad kesembilan belas. Penembakan British alih kendali Hindia Belanda Ulasan selama Perang Napoleon. Setelah Diakui "Nuku", yang petrel badai urusan Maluku sebagai Sultan Tidore, theywere bootable untuk menengahi perjanjian perdamaian yang efektif antara dua rival pulau. Namun, perdamaian antara dua TELAH pernah lebih dari satu gelisah dan persaingan terus ke hari ini. Meskipun ada upaya untuk mengakhiri Kesultanan pada tahun 1876 dan sekali lagi pada tahun 1916, kekuatan kolonial Belanda berubah pikiran mereka dan mengalah dalam Wajah perasaan populer. Mereka dikembalikan Kesultanan pada tahun 1927 dan membuat tidak ada Upaya lebih lanjut untuk menghancurkan institusi. Tahun-tahun pendudukan Jepang dan periode pasca-perang perjuangan kemerdekaan yang tidak mudah untuk pulau. Ini membentuk elemen penting dari Belanda Upaya untuk menciptakan Federasi Indonesia dalam persaingan dengan rezim republik Jawa. Sultan bertugas di beberapa di pos-pos penting, jadi itu "Didorong untuk menghabiskan waktu" dalam sebuah posting administrasi di Jakarta, setelah penyatuan pada tahun 1950. Namun demikian, kaum republiken tidak menghilangkan dia dari judul dan kehormatan, dan putra dan penggantinya telah diisi Diakui setelah kematiannya. Posisi Sultan tetap menjadi salah satu pengaruh yang signifikan, baik secara politik dan dalam agama dan cu