Nu moet ik jullie een grappig voorv

Nu moet ik jullie een grappig voorval vertellen: verleden week was er weer zitting van de moesapat in Sibree in de open voorgalerij van het kleine bestuurs-kantoor.
T. Panglima Polem, Tjhi’ Ba’et en T. Main en ik hadden juist achter de groene tafel plaats genomen, samen met Teukoe Sjeh Moehammad, de oelama (Islamitische schriftgeleerde), of daar stapte een in adatkostuum geklede Atjeher op ons toe met de schilderachtige, geelrode gevlochten koepiah op het hoofd, net zoals T. Panglima Polem altijd draagt, en hij legde heel plechtig een boengkoesan (pakje) op tafel, iets dat gewikkeld was in grote pisang-bladeren.
Hij groette beleefd en zei tegen mij, dat hij mij dit als geschenk kwam aanbieden en vroeg bevestiging of ik het geschenk ook wilde aanvaarden.
Dat hoort zo, want een schenking bestaat altijd uit een aanbieding (idjaab) en aanvaarding (kaboel, Atjehs meukaboej).
Ik kon moeilijk anders doen dan het geschenk te aanvarden en pas daarna begon de man het bundeltje voorzichtig open te rollen.
Tot ons aller verbazing kwam er een rustig slapend naakt jongetje uit te voorschijn.
De man verklaarde, dat dit kind “haram djadah” was, een kind uit een onwettige verhouding geboren, dat de moeder in een put had willen verdrinken, bevreesd voor de schande, die haar bij ontdekking te wachten stond.
Ik begreep het best, maar wist niet wat ik met dit kind zou moeten beginnen en zat even met de mond vol tanden.
Toen kreeg ik ineens een ingeving en ik vroeg aan Teukoe Panglima Polem, die aan mijn rechterhand zat, of ik mijn geschenk aan hem mocht overdragen, of hij het wilde aanvaarden.
Gelukkig aarzelde hij geen ogenblik, lachte heel vriendelijk en zei “meukaboej”, ik aanvaard het.
Nou, dat was een pak van mijn hart.
De panglima zei me na afloop van de zitting, dan het in zijn gampong Lam Sie niet op een of meer kinderen aankwam, dat zijn vrouw er wel raad mee zou weten.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Sekarang aku harus memberitahu Anda kejadian lucu: Minggu terakhir ini tidak lagi dalam sesi terbuka moesapat di Sibree untuk Galeri kantor kecil.T. Panglima Polem, Ba'et dan t. Tjhi ' utama dan saya telah mengambil tempat di belakang meja hijau, serta Baghdad, oelama Teukoe Sjeh (sarjana Islam), atau tidak melangkah adat di kostum berpakaian Atjeher pada kami dengan indah, kuning merah dikepang koepiah di kepala, hanya karena dia selalu membawa, dan t. Panglima Polem menjelaskan sangat khidmat di atas meja boengkoesan (paket), sesuatu yang dibungkus daun pisang besar.Dia disambut dengan sopan dan berkata kepada saya, bahwa dia datang untuk menawarkan saya ini sebagai hadiah dan meminta konfirmasi atau menerima hadiah yang saya ingin juga.Itu adalah dengan desain, karena sumbangan selalu terdiri dari penawaran (idjaab) dan penerimaan (Kabul, meukaboej Aceh).Saya bisa melakukan berbeda daripada sulit menerima hadiah dan hanya kemudian mulai untuk roll bundel dengan hati-hati terbuka orang.Untuk mengejutkan semua orang datang seorang telanjang tidur tenang dari muncul.Laki-laki menjelaskan, bahwa anak ini "haram djadah" dilahirkan, seorang anak dari suatu hubungan yang ilegal, bahwa ibu ingin tenggelam dalam sebuah sumur, takut malu, yang menunggu dia di Discovery.Saya mengerti terbaik, tetapi tidak tahu apa yang saya harus mulai dengan anak ini dan duduk di sini dengan mulut penuh gigi.Ketika saya tiba-tiba mendapat firasat dan saya bertanya Teukoe Panglima Polem, yang duduk di sebelah kanan-Ku, jika saya perpindahan hadiah saya kepada dia, apakah dia ingin menerima.Untungnya dia ragu-ragu ada saat, tertawa dan berkata "meukaboej", saya menerimanya.Yah, itu Pak hatiku.Panglima mengatakan kepada saya pada akhir sesi, maka bukan pada Lam di nya gampong Sie satu atau lebih banyak anak tiba, bahwa istrinya tidak akan tahu bagaimana untuk menangani hal itu.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Sekarang saya harus memberitahu Anda kejadian lucu: minggu lalu ada pertemuan lain moesapat di Sibree di galeri terbuka kantor administrasi kecil.
T. Panglima Polem, Tjhi 'Ba'et dan T. Main dan saya baru saja terjadi di belakang meja hijau, bersama dengan Teukoe Sjeh Muhammad, Ulama (ulama Islam), atau ada suatu melangkah adatkostuum berpakaian Atjeher pada kami dengan indah kuning dikepang merah koepiah di kepala, seperti T. Panglima Polem selalu memakai, dan dia menjelaskan sangat serius boengkoesan (paket) di atas meja, sesuatu yang terlibat dalam daun pisang yang besar.
Dia menyapa dengan sopan dan mengatakan kepada saya bahwa dia Saya mendapat tawaran ini sebagai hadiah dan bertanya apakah saya ingin konfirmasi menerima hadiah.
Dengan cara itu karena hadiah selalu promosi (idjaab) dan penerimaan (kabul, meukaboej Aceh).
Aku bisa melakukan sedikit lain daripada hadiah kepada aanvarden dan hanya kemudian orang itu mulai bundel dengan lembut membuka gulungan.
Untuk mengejutkan semua orang, akan muncul dari tidur anak telanjang tenang.
Pria itu menjelaskan bahwa anak ini adalah "haram djadah", anak yang lahir dari hubungan terlarang, bahwa ibu ingin tenggelam dalam sumur, takut malu yang menunggunya di discovery.
Saya melakukan yang terbaik, tapi tidak tahu apa yang harus saya mulai dengan anak ini dan bahkan dengan mulut penuh gigi.
Kemudian mendapat Aku tiba-tiba menjadi inspirasi dan saya bertanya Teukoe Panglima Polem, yang duduk di sebelah kanan saya atau hadiah saya tidak bisa transfer ke dia kalau dia akan menerimanya.
Untungnya, dia ragu-ragu sejenak, tersenyum sangat ramah dan berkata "meukaboej" Saya diterima itu.
Nah, itu beban dari pikiran saya.
Panglima mengatakan kepada saya setelah sesi, maka dalam gampong nya Lamb Sie tidak tiba di satu atau lebih anak-anak, bahwa istri atau saran akan tahu itu.