Waren Snouck Hurgronje, Abendanon e

Waren Snouck Hurgronje, Abendanon en gouverneur-generaal Idenburg nog voorstanders van de associatiegedachte, in de jaren rond de Eerste
Wereldoorlog werden diverse beleidsmakers voorstanders van - verdergaande - ‘assimilatie’: de inheemse bevolking moest de Nederlandse cultuur en beschaving overnemen en zelfs helemaal in zich opnemen.

Th.B. Pleijte, die in 1913 minister van Koloniën was geworden, was een fervent aanhanger van de assimilatie-gedachte (hij was trouwens als advocaat te Semarang de compagnon van Van Deventer geweest). Pleijte zette zich in
voor democratisering van het bestuur op lokaal en regionaal niveau, en voor de oprichting van de Volksraad, die in 1918 zou plaatsvinden. Op dat moment was
J.P. graaf van Limburg Stirum, ook een warm voorstander van het ethisch beleid, gouverneur-generaal (van 1916 tot 1921). De Volksraad is het belangrijkste
voorbeeld van de geleidelijke inspraak in het landsbestuur, maar had uiteindelijk niet veel meer dan een adviesfunctie. Hoewel er slechts een klein aantal Indonesiërs zitting had in de Volksraad, was dit wel het eerste officiële overlegorgaan
waarin de nationalistische beweging in contact kon komen met het koloniale gouvernement

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Snouck Hurgronje, Abendanon dan Gubernur Jenderal saya tidak tahu masih berpikir pendukung Asosiasi, di tahun-tahun di sekitar pertama Perang dunia, berbagai kebijakan pembuat advokat - lebih lanjut-'asimilasi': penduduk asli harus mengambil alih Belanda budaya dan peradaban dan bahkan sepanjang jalan. Th.B. Pal, yang pada tahun 1913 telah menjadi Menteri jajahan, adalah pengikut avid asimilasi-pemikiran (dia adalah sebagai seorang pengacara untuk Semarang de compagnon van Deventer). PAL terus untuk demokratisasi pemerintahan di tingkat lokal dan regional, dan pembentukan Dewan Rakyat, yang akan mengambil tempat pada 1918. Pada waktu itu adalah pada JP graaf van Limburg Stirum, juga seorang pendukung kuat dari kebijakan etika, Gubernur Jenderal (dari 1916 hingga 1921). Rakyat Council adalah utama contoh dari partisipasi bertahap dalam administrasi negara, tetapi telah akhirnya tidak jauh lebih banyak daripada fungsi penasehat. Meskipun ada hanya sejumlah kecil orang Indonesia yang telah dalam sesi Dewan Rakyat, itu badan konsultatif resmi pertama di mana gerakan nasionalis bisa datang dalam kontak dengan pemerintah kolonial

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Yang Snouck, Abendanon dan Gubernur Jenderal Idenburg belum pendukung asosiasi berpikir, pada sekitar tahun Pertama
Perang Dunia, beberapa pembuat kebijakan menganjurkan - lebih lanjut - "asimilasi": masyarakat adat harus mengambil alih budaya dan peradaban Belanda dan bahkan sama sekali dalam dirinya sendiri perekaman.

Th.B. Pleijte, yang menjadi Sekretaris Kolonial pada tahun 1913, adalah pendukung setia dari asimilasi berpikir (dia di Semarang sebagai pengacara telah menjadi mitra dari Van Deventer). Pleijte berkomitmen
untuk pemerintahan yang demokratis di tingkat lokal dan regional, dan pembentukan Dewan Rakyat, yang akan berlangsung pada tahun 1918. Pada waktu
hitungan JP Limburg Stirum, juga pendukung kuat kebijakan etika, Gubernur Jenderal (1916-1921). Dewan Rakyat adalah utama
contoh partisipasi bertahap dalam pemerintahan, tapi pada akhirnya tidak lebih dari peran penasehat. Meskipun hanya sejumlah kecil orang Indonesia memiliki kursi di Majelis, adalah ini adalah pertama badan konsultatif resmi
di mana gerakan nasionalis bisa datang ke dalam kontak dengan pemerintah kolonial