Speciale scholen.Onder dezen naam v

Speciale scholen.
Onder dezen naam vat men eenige scholen tezamen uit bepaalde behoeften van bijzondere volksgroepen geboren. Op Sumatra behooren hiertoe de Delische, Langkatsche, Serdangsche en Asahansehe scholen op Sumatra's Oostkust, en de school voor kinderen van mindere Inlandsche Christen-militairen van Amboineeschen of Menadoneeschen landaard te Koeta-Radja.
De vier eerste zijn bestemd voor kinderen uit de vorstenfamilie's van genoemde rijken,
waarom zij in de wandeling „Toengkoe scholen" heeten.
Er worden ook wel andere Inlanders van stand toegelaten. Zij zijn gevestigd op de hoofdplaatsen der Landschappen (Medan, Tandjoeng Poera, Simpang Tiga en Tandjoeng Balai); de aantallen leerlingen loopen uiteen van 40 tot 100;
het personeel bestaat uit Europe onderwijzeressen) en één Inlandsen onderwijzer voor het Maleisch;
de cursus is 7-jarig
en
het Leerplan volgt zoo
na mogelijk dat der Europeesche scholen der 2e klasse.
Op de Asahansche school volgen ook een 10-tal zonen van Atjehsche hoofden de lessen. Er klinken meer en meer stemmen, die voor de a.s. bestuurders der Landschappen eene verdere opleiding vragen, aansluitende aan deze lagere scholen.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Sekolah khusus.Di bawah nama satu barel hanya sekolah ini bersama-sama dari tertentu kebutuhan khusus Rombongan orang yang lahir. Untuk melakukan ini, kehormatan di Sumatera, Langkatsche, Serdangsche, dan Asahansehe sekolah Delian di Pantai Timur Sumatra, dan sekolah untuk anak-anak kecil tentara Kristen Teluk Amboineeschen atau Menadoneeschen negara alam Kotta takut-Radja. Empat pertama dimaksudkan untuk anak-anak dari vorstenfamilie dari yang kaya, Mengapa mereka dalam berjalan heeten "Toengkoe sekolah". Ada juga disebut penduduk asli dari negara lain diizinkan. Mereka berada di tempat-tempat utama lanskap (Medan Simpang Tiga dan T, T Pura, Balai); Jumlah murid-murid yang menjalankan berbagai dari 40 sampai dengan 100; staf yang terdiri dari guru Europe) dan satu untuk guru Maleisch Inlandsen; Program ini berusia 7 tahun dan Kurikulum mengikuti zoo Setelah mungkin bahwa Eropa sekolah kelas 2. Pada Asahansche sekolah juga mengikuti selusin keturunan kepala ikut pelajaran. Ada suara lebih banyak dan lebih suara, yang untuk a.s. driver der lanskap lebih lanjut pertanyaan pelatihan, menghubungkan ke SD.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

sekolah khusus.
Di bawah nama ini ditafsirkan beberapa sekolah bersama-sama lahir dari persyaratan tertentu kelompok etnis tertentu. Sumatera milik ini, Delian, Langkat, Serdangsche dan Asahansehe sekolah di pantai timur Sumatra, dan sekolah untuk anak-anak dari tentara Kristen Amboineeschen atau Menadoneeschen karakter nasional yang lebih rendah adat untuk Koeta-Raja.
Empat pertama ditujukan untuk anak-anak dari keluarga pangeran dari mereka kaya,
mengapa, di jalan "Toengkoe sekolah" disebut.
Ada juga diperbolehkan pribumi lainnya dari negara mereka berada di ibukota Landscapes (Medan, Tandjoeng Poera, Simpang Tiga dan Tandjoeng Balai). jumlah murid berjalan terpisah dari 40 hingga 100;
staf terdiri dari guru Eropa) dan seorang guru asli untuk Melayu,
kursus adalah 7 th
dan
Kurikulum berikut sehingga
setelah kemungkinan bahwa sekolah-sekolah Eropa kelas 2.
sekolah Asahansche mengikuti beberapa 10 anak-anak pelajaran Aceh kepala. kedengarannya lebih dan lebih suara dengan sumbu direksi Landscapes meminta salah satu pendidikan lebih lanjut, menghubungkan ke sekolah-sekolah dasar.