Adri: ‘Dat was een merkwaardige man

Adri: ‘Dat was een merkwaardige man, hij was kimonoborduurder van beroep. Je had het idee dat hij ook liever in Japan was gebleven. Na een paar dagen in ons huis gebivakkeerd te hebben vertrok hij; hij kon niet tegen het geluid van de vijgen die uit de boom op ons dak vielen. Hoewel we weer in ons eigen bed konden slapen, was het over met de rust. Dat werd definitief toen een paar Indonesische arbeiders een werktuigenloods van de fabriek in brand staken. De Japanners waren furieus en wilden de schuldigen straffen. Een assistent werd verdacht; ze legden mijn vader een zwaard in de nek, maar hij zei: “Ik beken niks”.’

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

ADri: ' adalah seorang pria yang penasaran, ia kimonoborduurder oleh profesi. Anda punya gagasan bahwa dia lebih suka memiliki tetap di Jepang. Setelah beberapa hari di rumah kami untuk memiliki gebivakkeerd ia meninggalkan; Dia tidak dapat tahan suara ara dari pohon jatuh pada atap rumah kami. Meskipun kita bisa tidur di ranjang kita sendiri lagi, itu berakhir dengan sisanya. Itu akhirnya ketika beberapa pekerja dipecat gudang peralatan pabrik. Jepang sangat marah dan ingin menghukum yang bersalah. Asisten diduga; mereka meletakkan ayahku pedang di leher, tetapi ia berkata: "Aku mengaku tidak ada". '

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Adri: "Itu adalah orang yang luar biasa, dia banding kimonoborduurder. Anda memiliki kesan bahwa ia lebih suka tetap tinggal di Jepang. Setelah beberapa hari di rumah kami telah berkemah ia meninggalkan; dia tidak tahan suara buah ara yang jatuh dari pohon di atap kami. Meskipun kami lagi mampu untuk tidur di tempat tidur kita sendiri, itu pada dengan sisanya. Itu akhirnya ketika beberapa pekerja Indonesia menyerang gudang mesin dari pabrik terbakar. Jepang sangat marah dan ingin menghukum orang yang bersalah. Asisten diduga; mereka menempatkan ayah saya pedang di leher, tapi ia mengatakan: ". Saya mengakui apa-apa" '